Antara Dunia dan Akhirat
Posted On Monday, July 1, 2013 at at 2:57 PM by maori
Firman Allah swt;
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ
الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا
أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerosakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerosakan” (QS. Al-Qashash: 77).
Ayat di atas menjelaskan kepada tiga perkara utama berkaitan kehidupan manusia. Kehidupan berkaitan dunia dan akhirat.
1. Kehidupan Akhirat Adalah Matlamat Utama
Allah SWT berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ
اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) di negeri akhirat. Di sini terlihat dengan jelas bahwa
yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di
sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu.
Allah berfirman:
وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya
sekiranya mereka mengetahuinya (QS. Al-Ankabut: 64).
Lalu, apa erti kita hidup di dunia?… Dunia
tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia
pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak,
sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan meneruskan
perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak
menghabiskan hidup untuk keperluan dunia? Orang-orang bijak mengatakan bahawa
dunia ini hanyalah keperluan, ibarat tandas dan bilik mandi dalam sebuah rumah,
ia dibina semata sebagai keperluan. Justeru penghuni rumah itu tidak akan
mendatangi tandas atau bilik mandi kecuali jika perlu, setelah itu
ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang duduk ditandas
sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah
itu.
Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila
manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan
hidup. Sementara akhirat dikesampingkan.
Perlu disedari segala urusan dunia dianggap sebagai urursan akhirat sekiranya dilakukan berasaskan kepada ajaran Islam dan mencari keredhaan Allah swt dan menepati prinsip dan dasar-dasar Islam. Sebaliknya segala urusan dunia dianggap semata-mata dunia sekiranya dilakukan sekadar memenuhi keperluan hidup manusia dan tuntutan nafsu semata-mata.
2. Berusaha Memperbaiki Kehidupan Dunia
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan
berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya Allah
memerintahkan umat Islam selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi
jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan
dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab
dunia adalah ladangnya akhirat.
Masa depan — termasuk kebahagiaan di akhirat —
kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah
telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai bekalan
menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi
manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling
baik hati dan niatnya.
Allah mengingatkan perlunya manusia untuk
mengurus dunia ini dengan sebaik-baiknya, untuk kepentingan kehidupan manusia
dan keturunannya. Pada ketika yang sama Allah juga menegaskan perlunya selalu
berbuat baik kepada orang lain dan tidak melakukan kerosakan di muka bumi.
Allah swt mengingatkan:
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
Tidakkah kalian perhatikan
bahwa Allah telah menurunkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di
bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” (QS. Luqman: 20).
Allah SWT menegaskan:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kedudukan suatu kaum, sehingga
kaum itu mengubah kondisi, kedudukan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ro’d: 11).
3. Menjaga Batasan Allah
Allah swt melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh
mengurus alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merosakkannya. Firman Allah dari
sambungan ayat di atas:
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي
الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
- Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan“.